[FANFICTION] US [10/?]

large (38)

Us Chap 10

Let’s have one stage together!

.

.

.

“Terima kasih karena sudah mengantarkanku.”

Kris menganggukkan kepalanya. Ia menatap pintu dorm Hakyung. Hakyung menoleh lalu tersenyum kecil.

“Karena kami belum debut, dorm sangat sempit hehehe…”

Kris menarik kedua ujung bibirnya—senyum.

“Tidak apa-apa. Ah, jangan lupa kata-kata yang tadi, ya.” Ucap Kris. Hakyung menganggukkan kepalanya ragu. Ia bimbang akan melakukannya atau tidak.

“Hakyung…”

Hakyung menoleh ketika mendengar suara Riyoung.

“Terima kasih atas malam ini, Kris! Aku masuk dulu, ya!”

Dengan nada riang, Hakyung melambaikan tangannya dan memasuki dorm bersama Riyoung. Kris mengangguk lalu menggaruk kepala bagian belakangnya. Ia berbalik dan berjalan menuju lift. Ia terkekeh kecil mengingat tingkah Hakyung.

“Haeyoon-ah, kenapa ia mirip sepertimu?” gumamnya.

Seorang pemuda memasuki ruang perawatan Kyunghee. Ia membuka masker dan topinya dan terpampanglah wajah tampan dari Oh Sehun, anggota termuda EXO yang saat ini sedang naik daun. Tangannya menggenggam tangan gadisnya itu. Berharap sentuhannya dapat membuatnya bangun walaupun sebentar. Ia mencium punggung tangan Kyunghee.

“Maaf,” gumamnya. “Aku tidak bisa menjagamu,” lanjutnya lagi. Sehun mengusap pipi Kyunghee lembut. Matanya menatap infusan yang tertanam di punggung tangan kekasihnya tersebut.

Ia langsung tersadar ketika tangan Kyunghee bergerak pelan. Kedua matanya menatap Kyunghee dan mengelus rambutnya. Kyunghee berhasil membuka matanya dan membiasakan matanya dengan cahaya lampu. Kedua bola matanya memandang Sehun yang tengah menatapnya khawatir.

“Kyunghee?” panggil Sehun.

“Sehun…” balas Kyunghee tak bersuara. Sehun mengecup dahi Kyunghee.

“Maaf… maafkan aku…” kata Sehun lirih.

“Tidak apa-apa…” ucap Kyunghee lagi tanpa suara. Sehun segera menoleh ke setiap sudut dan menemukan sebuah kertas dan pulpen yang tergeletak diatas nakas. Ia langsung mengambilnya dan memberikannya pada Kyunghee.

“Suaramu hilang untuk beberapa waktu. Tulislah apa yang kau mau ungkapkan disini.” Ucap Sehun. Kyunghee menggenggam pulpen dan kertas yang diberikan Sehun. Sehun tersenyum.

“Aku akan memanggilkan dokter. Sebentar.”

Langkah Sehun terhenti saat Kyunghee memegang lengannya. Gadis itu menunjukkan kertas yang baru saja ia tulis.

‘Aku merindukanmu.’

Hongbin memainkan handphonenya. Sejak kejadian malam itu, malam terbodoh—baginya— ia sudah tidak pernah menemui Haeri lagi. Ia cukup tau diri tentang apa yang ia lakukan malam itu adalah kejadian fatal. Seharusnya ia tau, jika dirinya melakukan hal tersebut akan berakibat timbulnya jarak diantara mereka.

“Ah!!!”

Hongbin mengacak rambutnya kesal. Hyuk yang baru saja lewat memandang Hongbin dengan aneh. Kakaknya yang satu ini sering sekali mengacak rambutnya dengan alasan yang pasti.

Pemuda pemilik dua lesung pipi itu memandang foto di handphonenya. Fotonya dan Haeri yang tengah bermain ayunan di taman. Ia dan Haeri sudah lama berteman sejak SD. Keduanya adalah teman akrab karena kedua orang tua mereka mengetahui satu sama lain. Hongbin baru merasakan menyukai Haeri seperti seorang laki-laki kepada perempuan—bukan sebagai sahabat, ketika ia menginjak umur 17 tahun. Ia sadar bahwa Haeri adalah kekuatannya yang membuat hari-harinya berwarna.

Maka dari itu, Hongbin merasa menyesal punya perasaan ini.

Perasaan yang membuat ia dan Haeri sekarang menjauh.

Matanya melihat handphonenya yang bergetar. Ia hampir saja jatuh saking senangnya melihat pesan yang tertera di layar handphonenya.

‘Hongbin-ah, bisakah kau antar aku ke rumah sakit?

–Haeri.’

“Astaga, Kkong!” seru Hakyeon yang baru saja selesai mandi melihat Hongbin yang terlonjak kegirangan.

Seokjin memandang pintu yang ada di depannya dengan seksama. Ia mencocokkan nomor pintu tersebut dengan alamat yang ia peroleh yang tertera di secarik kertas. Tangannya menekan bel apartemen tersebut. Beberapa saat kemudian, keluarlah seorang gadis yang memakai perban di tangannya. Seokjin agak terkejut melihatnya, namun ia kembali menjaga imejnya.

“Apakah, Jung Hyunji tinggal disini?” tanyanya sopan. Gadis itu memandang Seokjin dari ujung rambut ke ujung kaki dengan tatapan mengintimidasi. Sadar akan dikira orang aneh, ia langsung berkata, “aku te—“

“Apakah kau tukang pos yang akan memberi Hyunji eonnie barang?” potong gadis tersebut. Seokjin sweatdrop. Ia masih tidak mengerti apakah gadis di depannya ini bodoh atau apa. Padahal, ia sudah berpakaian dengan pakaian terbaiknya dan dikira tukang pos?! Hei, wajahnya terlalu tampan untuk jadi tukang pos!

“Aku temannya.” Balas Seokjin.

“Hyunji eonnie tidak ada.”

Kedua mata Seokjin membulat.

“Ke-kemana?” tanya Seokjin.

“Ia melepaskan mimpinya.” Ucap gadis itu pendek. Ia hendak menutup pintunya kembali namun dicegat oleh Seokjin.

“Bisakah aku mengetahui alamat rumahnya?”

“Apa?! Sedang bermasalah?!” seru Presdir. Kisoo mengangguk.

“Ahn Minri tengah terluka di lengannya, Jung Hyunji sudah mengajukan mundur, Kim Jieun telah keluar, Lee Kyunghee sedang melakukan perawatan intensif terkait suaranya.” Kata Kisoo.

“Jika seperti ini, kita akan sulit untuk menyeleksi.” Ucap Moon songsaenim.

“Tapi kita sudah memberikan pengumuman tentang debut grup baru kita! Kenapa ini bisa terjadi?! Apa yang kita lakukan?!” kata Presdir.

“Aku memiliki saran, Presdir.

“Kemukanlah, Hwang Mina.”

“Kita memang sudah memberikan pengumuman perihal debut grup baru. Namun, pengumuman itu tidak terlalu eksplisit bukan? Bukankah itu berarti ambigu? Kita bisa menggantinya dengan soloist. Trainee kita banyak. Benar, Presdir?” tanya Mina. Presdir menganggukkan kepalanya.

“Ya, aku setuju. Namun, siapa yang layak untuk di debutkan dengan cepat?” tanya Presdir. Matanya memandang foto para trainee yang tertempel di ruangan rapat tersebut.

“Ada satu gadis yang sangat menonjol dibandingkan yang lain. Ia cepat menangkap maksud yang kita berikan.” Insoo berkata.

“Siapa?” tanya Presdir.

Insoo berjalan menuju foto para trainee dan melingkarkan foto salah satu dari mereka dengan spidol hitam.

“Im Hana.”

Yeonhee berjalan dengan tergesa. Ia tidak memperdulikan tubuhnya yang dingin karena salju mulai turun. Dengan senyum merekah di bibirnya, gadis itu berjalan menuju sebuah rumah. Sesampainya di depan pintu rumah tersebut, Yeonhee mengetuk pintunya. Ia sangat tidak sabar ingin memberitaukan sesuatu pada penghuni rumah tersebut.

Cklek

“Siapa? Oh, Yeon—“

“Hyunji!!! Ayo kita meraih mimpi kita lagi!!!” seru Yeonhee. Hyunji mengerjapkan kedua matanya.

“A-apa?”

“Aku sudah tau sesuatu!!!” kata Yeonhee. Air matanya mengalir.

“Yeonhee… kau menangis…”

“Ayo kita debut di satu panggung lagi, Hyunji! Ayo kita menari bersama dan menggapai mimpi kita!”

Hati Hyunji mencelos mendengar perkataan Yeonhee.

“T-tapi…”

“Aku akan bertaruh bahwa Im songsaenim tidak akan mengganggumu lagi! Ia sudah dipecat!” seru Yeonhee. Hyunji memandangnya.

“Aku menyerahkan rekaman pada perusahaan bahwa Im songsaenim melakukan hal itu karena ia cemburu kau dekat dengan Seokjin. Ia mengatakan segalanya padaku! Ayo kita debut bersama Hyunji-ya!”

Hyunji menahan kuat-kuat air matanya namun tidak bisa. Air matanya perlahan turun begitu saja dan gadis itu langsung memeluk Yeonhee.

BRUK

Kris yang tengah menonton televisi dengan member EXO yang lain terhenyak begitu sang manajer melempar koran pagi ini. Ia memandang berita utama di koran tersebut.

‘Kris EXO memeluk seorang gadis?!’

“Apa-apaan kau ini?!” pekik manajer. Sehun yang ingin ke rumah sakit menghentikan langkahnya dan memandang Kris.

“Jadi ini yang kau lakukan kemarin malam?! Keluar untuk menemui kekasihmu tanpa tau apa akibat dari yang kau lakukan sekarang?!” seru manajer. Kris terdiam. Sehun menjadi iba melihatnya. Ia memandang Joonmyeon yang baru saja selesai mandi dan tengah mengeringkan rambutnya.

“Dia kenapa?” tanya Joonmyeon pada Sehun.

“Entahlah. Sepertinya Kris gege menjadi topik sebuah koran.” Jawab Sehun.

“Benarkah?” tanya Joonmyeon.

“Aku tidak yakin.”

Joonmyeon mengeluarkan ponselnya dari saku celananya. Setelah memasukkan password handphonenya, leader EXO K itu membuka suatu portal berita dan terkejut melihat sebuah judul besr disana.

‘Kris EXO sudah memiliki kekasih?’

“Kris ge…” gumam Sehun.

“Aku sudah lelah untuk seperti ini. Selalu diatur untuk berbuat semauku. Aku akan memikirkan tentang penggugatan kontrak.” Kata Kris dingin lalu berjalan keluar dorm. Ia bahkan meninggalkan handphonenya disana. Sang manajer mengacak rambutnya kesal.

“Sial.” Gumamnya.

Jongsuk mendongak begitu seorang gadis memasuki ruang inap Kyunghee. Minyoung yang tangannya merasa ditarik menoleh.

“Ada apa?” tanya Minyoung. Jongsuk menggaruk tengkuk belakangnya yang tidak gatal.

“Uh… itu… Minri…”

“Minri kenapa?”

“Apakah tangannya baik-baik saja?”

Minyoung terdiam sejenak lalu tersadar sesuatu. Ia memandang Jongsuk dingin sebelum akhirnya melepaskan pegangan tangan Jongsuk dan masuk kedalam kamar inap Kyunghee.

“Minyoung-ah!” panggil Jongsuk.

“Apa kau tidak merasa bersalah dengannya? Dia bahkan tidak bisa menulis sesuatu dengan lancar.” Balas Minyoung.

“Separah itukah?” tanya Jongsuk pelan. Minyoung yang tidak peduli langsung memasuki ruang inap Kyunghee namun kembali keluar lagi setelah beberapa menit kemudian.

“Temuilah ia. Hari ini Minri ada di ruang latihan.” Katanya. Jongsuk mendongak lalu mengangguk dengan cepat dan berlari meninggalkan Minyoung.

Jongsuk ragu untuk mengetuk pintu yang ada di depannya. Ia bisa melihat dari kaca pintu bahwa Minri sedang berlatih dengan tangan yang dibalut perban. Hal itu semakin membuatnya merasa bersalah.

“Kau menghalangi jalanku.”

Jongsuk menoleh dan langsung meminta maaf pada Orlin yang baru datang latihan. Orlin tampak sedang mengunyah permen karet. Gadis itu langsung memasuki ruang latihan.

Beberapa saat kemudian pintu ruang latihan terbuka. Jongsuk mendongak dan mendapati Minri yang ada di depannya dengan wajah datar.

“H-hai…” sapa Jongsuk canggung. Minri memandangnya sebentar sebelum ia berbalik ke ruang latihan.

“Orlin buka pintunya aku masih belum selesai!!!”

Jongsuk dengan segera memegang tangan Minri yang sehat. Minri awalnya mengelak namun akhirnya luluh juga. Jongsuk membawanya ke taman belakang perusahaan.

“Ada apa? Jika itu sesuatu yang tidak penting aku akan kembali.”

Minri langsung berbalik dan berjalan menjauhi Jongsuk.

“Maaf…”

Gadis itu menghentikan langkahnya.

“Maaf… aku terlalu emosi pada saat itu karena gagal menyelamatkan pasien. Aku harap kau mau memaafkanku…”

Jongsuk menundukkan kepalanya. Ia mendongak ketika ia melihat sepatu Minri di depan sepatunya.

“Maaf… aku sudah menghancurkan moodmu. Aku tidak tau ka–“

“Maaf… aku sudah membuat kau sulit…”

Minri mengerjapkan kedua matanya. Ia terkejut dengan perbuatan tiba-tiba Jongsuk. Dokter muda itu melepaskan pelukannya lalu mengusap rambut Minri lembut.

“Aku menyukaimu Minri-ya, maukah kau menjadi kekasihku?”

–tbc

 

 

Leave a comment